HOT..!!!!!!!!!!

abg

Memeknya terus berulang-ulang berdenyut seperti meremas dan menyedoti spermaku

"Cium aku dong.." kata Rani tiba-tiba sambil menengadahkan mukanya ke arahku. Matanya merem, dan bibirnya setengah terbuka. Akupun segera menurunkan mukaku, kemudian mengecup keningnya, kedua matanya, kemudian ujung hidungnya, dan kemudian aku mengecup bibirnya dengan lembut, yang dibalas lembut juga. Ciuman kita mulai dari kecupan-kecupan lembut, saling mengecup, kemudian makin lama berubah menjadi saling melumat. Lidah kita saling mencari, saling membelit, dan saling mengkait. Wangi badannya menambah nikmatnya ciuman kita. Dan nggak lama kemudian kita merasa sudah sama-sama terangsang."Dodi.. ayo.. mana janjinya.." rupanya Rani masih ingat apa yg aku bilang tadi siang. Dan aku juga memang diam-diam sudah mempersiapkan pelaksanaan janjiku."Iya.. , ayo kita ke ruang atas aja, dan.. ikuti aja apa yang aku lakuin yah.." Rani cuma mengangguk, dan segera aku bimbing ke lantai atas, tapi sebelum masuk kamarku Rani aku suruh tunggu didepan pintu, dan aku segera mengambil sesuatu dari kamar yang segara aku masukin ke saku celana. Kemudian Rani yang masih berdiri segara aku peluk, dan aku ciumi. Sungguh, sebenarnya aku sudah sangat gemas, tapi aku berusaha menahan dulu nafsuku yang sudah semakin naik. Sambil berciuman kemudian aku mengambil "sesuatu" dari saku celanaku, yang tidak lain adalah selembar kain yang sudah aku gulung dan sekarang aku ikatkan dikepalanya untuk menutupi matanya.Rani yang tidak menyangka matanya akan ditutup, mulai merasakan sensasi karena penasaran dan bertanya-tanya apalagi selanjutnya. Ciumannya menjadi semakin kuat. Dan ketika aku menghentikan ciumanku, dia mendesah-desah sendiri. Badannya pelan-pelan aku bimbing masuk ke kamarku, dan berhenti di samping tempat tidurku. Pelan-pelan tali dasternya aku lepas sampai jatuh di lantai, dan sekarang Rani cuma memakai celana dalam. Kontolku menjadi sangat tegang melihat Rani yang berdiri pasrah, menunggu, dan ujung putting susunya bergetar-getar manahan nafsunya sendiri."Dodi.. aahhh.." dasahnya ketika pelan-pelan celana dalamnya aku pelorotkan ke bawah. Aku tau kita sama-sama sudah nggak sabar ingin menuntaskan semuanya, tapi keinginan untuk memenuhi janji menahan aku untuk tidak segera melumati bulu-bulu halus di kemaluannya yang sudah tidak ditutupi apa-apa. Dan karena memang tidak segera diapa-apakan, nafsu Rani menjadi semakin naik, dan desahannya semakin keras. Kemudian Rani aku bimbing, badannya aku baringkan di tempat tidurku. Mulutnya kembali aku cium sambil aku membungkuk dari samping tempat tidur. Tangannya aku angkat ke atas ke ujung tempat tidur, dan.. aku ikat dengan kain yang sudah aku siapkan, aku ikat masing-masing ke ujung tempat tidur, sehingga sekarang tangannya tidak bisa bergerak. Ketika aku menghentikan ciumanku, badan Rani cuma bisa mengeliat-geliat, menunggu sensasi berikutnya, dan aku juga nggak berlama-lama, kaki kanannya segera aku ikat juga ke ujung tempat tidur, sehingga cuma kaki kirinya yang bebas bergerak."Dodi.. aahh.. sayangku.. mmmhhhh…" Rani sudah meracau nggak karuan, dan melihat badannya yang cuma mengeliat-geliat membuat kontolku semakin berdenyutan. Aku juga segera membuka seluruh pakaianku. Kontolku sudah sangat tegang. Kemudian pelan-pelan aku mengelusi badannya, seluruhnya, dengan lembut, dari ujung kaki ke ujung rambut, tapi tanpa menyentuh memeknya, juga tanpa menyentuh susunya, dan Rani bereaksi dengan semakin menggeliat dan mendesis-desis. Ketika pahanya yg sangat kencang itu aku elusi, Rani bereaksi dengan membuka kakinya lebar-lebar, sehingga belahan memeknya membuka, memperlihatkan itil dan lubang kenikmatan yang sudah dibasahi cairan yang mengalir keluar. Rasanya aku sudah sangat tidak sabar untuk segera menyedot dan mengisap seluruh cairan itu. Kemudian aku mengambil botol madu yang juga sudah aku siapkan, aku buka tutupnya, dan pelan-pelan madu yg kental aku oleskan ke puting susunya."Dodi…" badan Rani sampai terangkat ketika cairan madu menetes ke putingnya. Kemudian puting yang satunya lagi dan akhirnya aku teteskan ke susunya, belahan susunya, kebawah, sampai ke pusarnya. Dan erangannya semakin keras, dan badannya melonjak ke atas ketika puting susunya mulai aku jilat. Aku jilati semua madu yang ada di dadanya pelan-pelan, kadang-kadang juga dengan kasar, perutnya juga aku jilati. Semakinlama aku cium, putting susunya semakin keras dan semakin menjulang, dan menantangku untuk menikmatinya."Rani.. enak sayang.. ayo.. tereak aja.., aku suka denger kamu mengerang.." kataku sambil terus menjilat dan menggigiti putingnya. Nggak terasa mungkin aku malakukannya hampir 10 menit, sampai aku mulai mengalihkan sasaranku."Dodi.. terus.. aahhh… cepetan… aahhh" katanya ketika kaki kirinya aku kangkangkan lagi, dan ketika aku mulai menetaskan madu ke belahan memeknya, ke itilnya, dan dengan nggak sabar aku segera memainkan lidahku ke seluruh permukaan memeknya, manjilati madu yang semakin bercampur dengan cairan yang keluar dari memeknya. Itilnya aku sedot-sedot sampai Rani berteriak-teriak sambil mengangkat pantatnya ke atas. Cairan memeknya aku sedot habis, dan terus aku jilati cairan yang baru keluar, dan aku cari terus sampai kesumbernya, ke lubang kenikmatan itu. Pantatnya mulai bergoyangan dengan liar ketika lidahku mulai menyelip di bibir memeknya. Kaki kirinya aku sampirkan di pundak kananku sehingga selangkangannya makin menganga. Aku juga makin rakus menciumi dan menjitati seluruh bagian sensitif tubuhnya. Tanganku ikut meremasi susunya, sampai aku merasa memeknya meremasi lidahku yang menyelip-nyelip.Dan, ketika itilnya juga aku mainkan dengan telunjuk dan jempolku, denyutan memeknya semakin menjadi-jadi. Aku tau orgasmenya sudah dekat. Kata-kata kenikmatan yang keluar dari mulutnya sudah nggak jelas lagi dan berubah menjadi pekikan-pekikan kecil. Badannya yang terikat cuma bisa meronta-ronta dan pantatnya terus mendesak ke atas mendesakkan mulut dan lidahku untuk semakin dalam menjelajahi dinding memeknya. Pada akhirnya, kaki kirinya yang ada dipundakku menekan erat kepalaku dan pantatnya naik ke atas jauh dari kasur, dan mulutnya memekin keras sekali."hhh.. aaaahh.. Dodii…. Yaaaaa.. aaahhhh… sekkkarrrangg… yaaa.. aaahh.. sekkkarrangg…" pekiknya berulang-ulang ketika akhirnya dia orgasme. Dan orgasmenya datang beruntun terasa sekali di hentakan-hentakan pantatnya, juga kakinya yang kencang sekali, dan juga semburan-semburan yang langsung aku tangkap dengan lidahku. Aku yang tidak menyia-nyiakan kesempatan ini dengan rakusnya menyambut dan terus melumati memeknya yang semakin basah. Dan rupanya semua kegiatanku membuat orgasmenya datang lagi, susul menyusul. Semakin kencang orgasmenya, semakin buas juga aku menikmatinya."ya tuhan.. aaahh… dodddii.. ahhh… a.. a.. hhhhh…." Jeritnya terus menerus.Akhirnya, setelah beberapa menit lamanya puncak kenikmatan itu datang, badan Rani berangsur-angsur bergerak semakin pelan, dan pantatnya juga sudah turun kembali ke kasur. Maka akupun tidak lagi menciumi memeknya, tapi sekarang mengelusinya dengan pelahan agar sisa kenikmatan yg dirasakan turun juga dengan pelahan. Jembutnya aku mainkan dengan lembut, aku sisiri dan aku usap-usap seirama dengan desah nafasnya yang semakin teratur."Dodi.., thanks yah.., kamu luar biasa sekali.." desahnya disela-sela nafasnya yang masih agak memburu. Dan ketika ritmenya sudah teratur lagi, akupun melancarkan aksi berikutnya. Aku melihat kontolku sudah sangat tegang, dengan urat-urat yang keluar menonjol, dan dari ujungnya sudah banyak sekali cairan yang keluar. Maka pelan-pelan sekarang kontolku aku usapkan ke perutnya, kemudian aku telusurkan naik ke susunya. Kemudian aku naik, duduk di atas perutnya agak ke atas, dan kontolku aku taruh diantara susunya. Sekarang susunya aku remas-remas dan aku jepitkan ke kontolku. Rasanya….."hhh… ranni…" akupun mulai mengerang sendiri, yang disambut dengan erangan Rani yang rupanya sudah mulai terangsang lagi. Badan Rani menggeliat lagi ketika kontolku yang terjepit susu itu mulai aku gerakkan maju mundur. Dan mungkin karena sudah sangat tegang, sehingga kontolku selain sudah keras sekali juga mamanjang dengan maksimal. Kalau aku gerakkan maju, ujung kontolku menyentuh dagunya, dan mulut Rani dengan otomatis langsung terbuka.."sini.. dodi.. sini.. aku telan.." desahnya yang semakin membuat denyutan kontolku semakin keras. Akhirnya akupun mengusapkan ujung kontolku ke bibirnya, dan karena tidak aku dorong ke mulunya maka cairan kontolku mambasahi bibirnya. Mulut Rani membuka menanti kontolku, dan karena tidak juga aku dorong, maka sekarang lidahnya yang menjulur keluar dan mulai menyapu ujung kontolku. Lidahnya yang lembut, dan terutama dengan melihat Rani yang tidak berdaya, membuat aku semakin mendesah merasakan semuanya yang semakin mendesak. Ketika akupun sudah nggak tahan sendiri, maka aku mulai membenamkan kontolku ke dalam mulutnya yang langsung disambut dengan lumatan lidahnya dan katupan bibinya yang menyedot-nyedot. Aku ikut membantu dengan memegangi kepalanya. Karena memang sudah menahan nafsu dari tadi, maka orgasmeku langsung datang dengan cepat. Kontolku menjadi berdenyutan, semakin keras, dan ketika saatnya aku rasakan sudah datang aku langsung mencabut kontolku dari mulutnya yang disambut dengan pekikan rani yang ingin merasakan spermaku.Tapi aku nggak peduli, dan kontolku yg sudah ada diluar mulutnya langsung aku kocok sendiri, dan…"aaahhh… aaahh… hhhh…" pekikku tertahan ketika akhirnya spermaku menyembur keluar kemana-mana. Dan itu sangat nikmat dengan terus menyemprotkan spermaku ke seluruh badannya, perutnya susunya, lehernya, dan ketika aku merasakan desakan lagi, aku langsung memasukkan kontolku ke mulut rani dan spermaku lagi-lagi menyembur dengan keras yang langsung mengalir ke dalam tenggorokannya. Rani juga berlaku seperti orang yang sangat kehausan, mulutnya terus-menerus menyedot tanpa henti tanpa menyisakan spermaku sedikitpun. Nikmat yang sangat luar biasa sekali. Dan mulutnya masih terus mengulum kontolku, walaupun ketegangannya sudah berangsur turun."dodi.. ahh.. jangan dicabut.. biar aja.. biar Rani bikin tegang lagi.." rengeknya saat aku mau mencabut kontolku dari mulutnya. Akupun karena memang masih menikmati sensasi ini menjadi batal mencabut, dan membiarkan kontolku untuk terus dikulum dan dimainkan lidahnya. Kemudian sembari mengatur nafas, ikatan yg menutupi matanya aku lepaskan, dan ketika matanya dengan pelahan membuka, aku tau bahwa Rani masih didalam nafsu yang tinggi. Matanya dengan sayu memandangiku sementara mulunya terus memainkan kontolku. Memang cuma itu yang bisa dia lakukan saat itu. Maka nggak sampe menunggu lama, kontolku sudah menjadi tegang lagi. Merasakan hal itu, mulut Rani semakin meremasi batang kontolku dengan nafas yang semakin memburu."mmhh… mmhh…hhh…" hanya suara desahan-desahan yang keluar dari sela-sela bibirnya. Kemudian waktu aku merasakan nafsuku sudah benar-benar naik lagi, dan kontolku juga sudah sangat kencang, aku mencabutnya dari mulutnya, kemudian membuka ikatan kakinya dan aku segera menindih badan Rani yang masih berlepotan spermaku. Mulutku langsung melumati mulutnya, dan badan kita bergeseran dengan nikmat, karena licinnya sperma yang bercampur dengan keringat. Rani cuma bisa menggeliat-geliat ketika kontolku yg sangat panas menempel di perutnya. Dengan tidak menunggu lama, aku langsung mulai menggeserkan kepala kontolku ke permukaan memeknya, ke belahan memeknya, diusapkan ke itilnya dan ke bibir memeknya. Akhirnya dengan pelahan aku mulai membenamkan kontolku yang langsung disambut Rani dengan melingkarkan kedua kakinya ke pinggangku erat-erat. Kemudian ketika ikatan kedua tangannya aku buka, tangan Rani langsung memelukku dengan gemas. Kita saling mengayun, meremas, mendesak, menggeram dan menikmati sensasi yang semakin tinggi. Dengan masih saling menggoyangkan pantat dan saling mencengkeram, posisi badan kita bergantian, kadang aku yang diatas, kadang Rani yang diatas. Kita sudah tidak memikirkan ganti posisi lagi, yang ada adalah menuntaskan semuanya dengan saling memberi kenikmatan."ahh.. Rani.. ahh terus sayang….""dodii… yyyaaaa…. Aaahh… yyaaa.."Badan kita terus bergulingan, dengan tangan sama sama memeluk erat. Kita juga sama-sama saling menghujamkan senjata masing-masing. Kalau aku pelan menarik kontolku, Rani juga menariknya pelan. Dan kalau aku menghujamkan kontolku, Rani juga menyambutnya dengan ikut mendesakkan pantatnya dan terus dihujamkan dengan pantat yang berputaran sehingga kontolku yang terbenam menjadi semakin terbenam dan seolah diremas oleh seluruh bagian memeknya. Begitu terus, berulang-ulang.., dan semakin cepat, dan semakin cepat, dan ketika sudah saling merasakan datangnya puncak kenikmatan itu, kita saling menggigit, dan jari-jari Rani mencengkeram punggungku erat-erat. Dan, ketika orgasme itu datang, kita merasakannya bersamaan."dodddiii.. hahhh… ahhhh.. yyyaaa.. sekkaraang…""iiyyyaa… ssaammmaaa…. Sekkarrangg.."Kita sama-sama menggeram, dan ketika akhirnya aku mengayunkan kontolku dengan keras, Ranipun langsung mengunci kakinya kepinggangku, dan terus memperketat lingkaran kakinya, sambil memeknya terus didesakkan kekontolku, dan denyutan-denyutan memeknya yang sangat keras membuat kontolku juga memuncratkan spermaku dengan sangat keras."aaahhh… hhhaaahhh… hhh…." Teriak kita berulang-ulang seirama dengan muntahan sperma yang membanjiri memeknya. Dan seperti juga mulutnya, memeknya juga seolah-olah mulut yang kehausan. Memeknya terus berulang-ulang berdenyut seperti meremas dan menyedoti spermaku. Kita masih terus saling menghentakkan badan uantuk beberapa saat, dan kejutan-kejutan badan yang kita rasakan datang sambung menyambung. Setelah semuanya akhirnya tertuntaskan, maka pelahan-lahan ritme gerakan kita semakin mengendur. Dan ketika semuanya normal kembali, yang ada hanya dengus nafas kita yang masih memburu. Kita terus berpelukan, dan masih menikmati sisa kenikmatan itu.

Tidak ada komentar: